Rabu, 10 Desember 2008

CINTAILAH APA ADANYA

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar2 sensitif serta
berperasaan halus.

Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang
menginginkan permen.

Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.

Rasa sensitif-nya kurang.

Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian .

"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.

"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan"

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,

"Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya:

Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.

Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."

Hati saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan. ...

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya.

Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."

"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.".

"Kamu suka jalan2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. "

"Kamu selalu pegal2 pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh' dan saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."

"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah.

Menceritakan warna2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".

"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi
kematianku."

"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. "

"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu.

Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu. "

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya.

Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini,

tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."

"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu.

Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan
pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur
hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan
cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari
pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

sebagai sebuah inspirasi agar kita tak menyakiti pasangan kita
Segala pekerjaan mudah untuk dilakukan kecuali satu hal......... .
Memahami orang lain dan menerima keberadaannya tanpa mempersoalkan "kekurangannya"

Chicken Soup

Senin, 08 Desember 2008

Di balik makna selembar daun-kering

daun-kering???

Banyak orang berpikir menjadi selembar daun-kering berarti tlah menjadi sampah. Tapi apa kau tau, karena selembar daun-kering yg jatuh ke tanah bisa membuat sebatang pohon besar tumbuh subur, membuat kuntum bunga bermekaran, membuat sebatang pohon berbuah.

daun-kering???

Lembar demi lembar daun-kering yg kau anggap tak bergunapun bisa menghidupi beberapa keluarga lewat tangan-tangan terampilnya.

daun-kering???

Pernahkah kau mengerti??? bahkan seorang sutradara film Hindustan (Mohabbattein-red) -pun menggunakan selembar daun-kering untuk mengungkapkan sebuah kasih sayang dalam film karyanya.

So...
Jangan pernah berpikir, saat kita terpuruk bagai daun-kering, kita t'lah menjadi tak berharga lagi. Keep fight, tetap berusaha untuk jadi lebih bak lagi.
Kadang, kita bisa menjadi yang terbaik setelah kita menjadi yang terburuk.

Renungkan dan Rasakan
Maka Kau Akan Merasa Lebih Bermakna
Seperti Selembar Daun-Kering

= sLynx =

Re - daun kering...

aku ingin seperti melati...
warna nya putih suci...
meskipun dia kecil tapi harum nya mewangi
di sejuk nya embun pagi...
tapi aku cuma sehelai daun kering
yg terbang terbawa angin...
tanpa berfikir tanpa tujuan
apakah aku bisa seperti melati itu...?
sedang diriku sudah seperti ini...
sampah...

posted by : aku diriku

kau ingin sperti melati???
tapi tak sadar
kau lebih indah
kau lebih megah

hanya selembar daun kering
tapi tak sadar
kau masih berarti

andai kau sadar
kau bukan hanya melati
bukan hanya daun kering
tapi anugerah


Untuk sebuah ungkapan
= sLynx =

fatamorgana

awalnya...
indah memang...
megah memang...
tapi semu...

hanya...
fatamorgana...
di ujung gurun...
menggoda...
memaksa...

akhirnya...
terjebak aku...
dan aku...
pasrah...

Untuk sebuah kenangan
= sLynx =